Bakteri

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi416PjT7mLraSj948ug1UMMew0GhLXDzv6_9Radt2hclhvHsrlGHJ7HYNC0-6FegV2kl3sqjjDREFQn-eUegR3Yqozw6a75JoMY8TwNF_VDJjDFCS3dh6zeC6jie-gJPeY-qcTF_PVXCg/s1600/137512_ilsustrasi-awan_663_382.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="184" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi416PjT7mLraSj948ug1UMMew0GhLXDzv6_9Radt2hclhvHsrlGHJ7HYNC0-6FegV2kl3sqjjDREFQn-eUegR3Yqozw6a75JoMY8TwNF_VDJjDFCS3dh6zeC6jie-gJPeY-qcTF_PVXCg/s320/137512_ilsustrasi-awan_663_382.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><u><br /></u></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><u>Ilmuwan: Bakteri di Langit Bisa Ubah Cuaca</u></b></i> - Sekelompok tim ilmuwan badai menemukan adanya bakteri dan jamur yang menghuni langit, sekitar 30 ribu kaki, setara 9,1 kilometer, di atas permukaan Bumi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Uniknya, temuan yang dirinci dalam Proceedings of the National Academy of Sciences itu, menunjukkan bahwa mikroba memiliki potensi untuk memengaruhi cuaca.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk meneliti bakteri terbang tersebut, ilmuwan atmosfer di Georgia Tech, Athanasios Nenes dan sejumlah koleganya sampai-sampai menumpang pesawat NASA beberapa kali. Sebab, instrumen yang ada di dalam pesawat bisa mengambil sampel udara sebelum, selama, dan sesudah badai Earl serta Karl pada 2010.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pesawat NASA mengudara di atas Karibia dan Atlantic, pada lapisan troposfer, atau sekitar 9,6 kilometer dari permukaan Bumi. Para peneliti melakukan sembilan kali penerbangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selama penerbangan, peneliti mengumpulkan udara luar melalui serangkaian penyaringan. Dalam satu kali tangkapan, peneliti menangkap materi dari rata-rata 212 meter kubik udara, atau 6.003,17 liter udara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Para peneliti mengambil beberapa sampel udara, baik ketika massa berawan sebelum badai Earl, hingga udara bebas awan setelah Badai Karl berlalu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah itu, peneliti fokus pada gen ribosomal RNA, yang disebut SSU rRNA. Gen ini dipercaya bisa mengidentifikasi spesies bakteri. Ternyata, ada sekitar 144 sel bakteri per meter kubik udara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bakteri ini menyumbang 20 persen materi dari tiap-tiap partikel. Materi tersebut diasumsikan oleh para peneliti adalah garam laut dan debu. Komposisi ini yang kemudian berpengaruh pada cuaca.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kami sungguh terkejut," kata Nenes, salah satu peneliti yang juga ilmuwan atmosfer di Georgia Tech, dikutip LAtimes, Rabu 30 Januari 2013.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penyaringan pada jamur juga dilakukan, kendati konsentrasinya maksimal hanya 10 persen.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Populasi mikroba sangat berbeda sebelum dan setelah badai. Itu masuk akal, sebab angin topan memiliki potensi untuk mengusir sekumpulan hama ke udara," jelas Nenes.<br /><br /><b><u><i><span style="font-size: x-large;"><a href="http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/386450-ilmuwan--bakteri-di-langit-bisa-ubah-cuaca" rel="nofollow" target="_blank">Sumber</a><br /></span></i></u></b></div>
</div>

Ilmuwan: Bakteri di Langit Bisa Ubah Cuaca - Sekelompok tim ilmuwan badai menemukan adanya bakteri dan jamur yang menghuni langit, sekitar 30 ribu kaki, setara 9,1 kilometer, di atas permukaan Bumi. Uniknya, temuan yang dirinci dalam Proceedings of the National Academy of Sciences itu, menunjukkan …

Baca selengkapnya »